Minggu, 26 September 2010

Demam Bisa Sembuhkan Kanker

Kanker. www.topnews.in
TEMPO Interaktif, London: Pasangan Garry dan Claire melihat ada kejanggalan pada anak mereka, Jordan Harden, yang baru berusia 10 bulan. Bocah itu tidak bisa merasa merespon rasa sakit. Karena khawatir, mereka membawa Jordan ke rumah sakit untuk diperiksa.  Benar saja, setelah mengikuti serangkaian tes, dokter menyatakan Jordan menderita terserang leukimia akut.
Jordan akhirnya menjalani pengobatan dengan mendapat transfusi darah secara berkala dan kemoterapi agresif. Garry dan Claire juga mengupayakan perawatan khusus melalui transplantasi sel induk eksperimental ke Barcelona, Spanyol.

Sayang, semua upaya mereka untuk menyelamat nyawa Jordan tak membawa hasil. Bahkan saat usia Jordan tiga tahun, dokter mengatakan, bocah itu tinggal punya waktu beberapa minggu untuk bertahan hidup. Garry dan Claire pun hanya bisa pasrah. Mereka kemudian merencanakan liburan bersama Jordan ke Disneyland, Paris, untuk yang terakhir kalinya.
Sebuah mukjizat tiba-tiba muncul. Hanya beberapa hari sebelum keberangkatan mereka ke Diisneyland, orang tua Jordan mendapat telepon dari rumah sakit. Para medis mengabarkan bahwa bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terakhir terhadap Jordan, dipastikan kanker dalam tubuh bocah itu telah lenyap. Ajaib.

Sejauh ini dokter tidak bisa memberi penjelasan bagaimana penyakit itu bisa meninggalkan Jordan. Dokter hanya mengatakan ini adalah kasus 'penyusutan kanker secara spontan'. Sebagian besar percaya peristiwa ini sebagai sebuah mukjizat.
Namun bagi sejumlah peneliti, kasus ini pasti punya penjelasan logis. Mereka yakin alam memiliki cara yang unik untuk menyembuhkan Jordan. Prosesnya bisa terjadi lewat hal-hal sederhana yang justru tidak terpikirkan sebelumnya. 

Kejadian serupa pernah dialami juga oleh Grace Woodhead, bayi yang lahir tahun 2009. Dokter menyatakan bayi mungil itu ini mengidap kanker otak yang akan merenggut nyawanya dalam beberapa bulan. Namun Februari tahun ini, dokter memberitahu kedua orangtua Grace bahwa bayi mereka terbebas dari kanker.

Begitu juga yang dialami Peter Crane, 60 tahun, seorang pensiunan guru. Berdasarkan hasil pemeriksan medis diketahui, kanker darah yang bersarang di tubuhnya 'mengecil dan hilang' secara dalam 18 bulan. “Darah saya dianggap normal setelah 12 bulan tanpa pengobatan apapun,” kata Crane.
Kasus 'penyusutan kanker secara spontan' ini memang tidak sering terjadi. Namun  ada beberapa laporan, termasuk dalam Netherlands Journal Of Medicine, sejumlah penderita kanker kulit, kanker testis, kanker hati, dan leukimia, sembuh secara mendadak. Angkanya cukup signifikan terhadap leukimia yang hilang secara spontan karena demam yang disebabkan infeksi serius.

Ada dua teori yang berkembang terkait kasus 'penyusutan kanker' ini.  pertama, infeksi serius yang menyebabkan demam dapat mendorong sistem imunitas tubuh ke tingkat hipersensitif. Ini akan menolong sistem imunitas pasien untuk mendeteksi sel kanker dalam sel normal yang sehat. Sistem kekebalan itu kemudian menyerang sel kanker seolah mereka adalah penyebab infeksi. Sistem imunitas kita, pada kondisi normal, sering kali tak menganggap sel tumor --yang berkembang menjadi kanker ganas-- berbahaya.

Teori lainnya, temperatur yang tinggi itulah yang menyerang dan menghancurkan kanker. Sebelum dinyatakan bebas dari kanker, Jordan pernah mengidap demam hingga 38,1 derajat selsius. Sekarang para peneliti berusaha mencarti tahu bagaimana demam dan infeski itu dapat dikendalikan untuk mengobati pasien kanker.

Peneliti di Italia dan Amerika Serikan menggunakan salmonella dan listeria --bakteri beracun yang terdapat pada makanan-- untuk merespon sistem imunitas yang digunakan sebagai penghancur sel tumor. Bakteri ini merupakan penyebab 850 ribu kasus keracunan makanan setiap tahunnya di Inggris. Sebanyak 500 kasus diantaranya masuk kategori serius. Tetapi peneliti memodifikasi bakteri ini agar tak menyebabkan penyakit itu sendiri. Bakteri ini dimasukkan ke dalam sel tumor pasien agar sistem imunitas mendeteksinya sebagai 'musuh' kemudian membunuh sel tumor.
“Kami sudah mengujicobakannya pada tikus. Kemudian pada sel kanker dan sel imunitas yang diambil dari pasien manusia. Dan berhasil,” kata Maria Resign, peneliti dari European Institute of Oncology di Milan.  “Kami menunggu izin dari pemerintah Italia untuk mengujicobakannya langsung pada pasien.”
Di Amerika Serikat, perusahaan obat Advaxis melakukan hal yang sama dengan bakteri listeria yang dinetralisir. Cancer Research United Kingdom membantu ujicoba itu. Satu studi klinis sedang diujicobakan dengan melibatkan pasien perempuan penderita kanker serviks dengan memasukan bakteria listeris ke dalam sel tumor. “Kami mulai melihat bukti bahwa ini bisa menyembuhkan kanker,” kata Peter Johnson, kepala peneliti Cancer Research UK.

Profesor Heinz-Uwe Hobohm, dari Berlin's Technical University of Applied Sciences, baru-baru ini mengatakan, 'demam yang dikendalikan' bisa menjadi bagian dari kemoterapi. Ini adalah cara baru untuk membunuh sel tumor tanpa pasien harus minum obat atau vaksin. “Kita sudah bisa mengendalikan demam lebih baik ketimbang seabad lalu,” kata profesor itu dalam tulisannya di British Journal Of Cancer.
Di Amerika Serikat, Dr Joan Bull, dokter di Memorial Hermann-Texas Medical Centre, Houston, malah sudah mempraktikan teori ini dengan membuat pasiennya demam untuk meningkatkan sistem imunitas. “Kami menggunakan temperatur yang setara dengan flu berat,” katanya.

Dua hari setelah mengalami kemoterapi dan obat peningkat sistem imunitas, pasien dimasukkan dalam terapi termal seluruh badan ke dalam 'hot box' selama delapan jam dalam keadaan tidur. Temperatur mereka dimonitor dari 37-40 derajat selsius. Dr. Bull percaya panas dapat membangkitkan sistem imunitas. Eksperimen ini menggunakan penderita kanker paru-paru dan kanker pankreas.

“Demamnya sendiri tak berbahaya. Pasien dibius bukan karena ini menyakitkan. Tapi ketika demam, anda tahu rasanya tak enak. Kami membiarkan mereka tidur," katanya.

Tidak begitu jelas apakah GraceWoodhead atau Peter Crane, mendapat demam seperti halnya Jordan Harden. Apapun penjelasan medisnya, orangtua Jordan bahagia melihat anaknya bersekolah. “Dia memulai semester pertamanya. Tak ada yang tahu bahwa dia pernah sakit,” kata Garry. Meskipun begitu Garry mengakui bayangan kanker belum benar-benar hilang. “Kami masih mengkhawatirkan dia setiap hari,” kata Garry.

“Dan kami sepertinya tak akan pernah berhenti khawatir. Ini adalah sesuatu yang wajar ketika orangtua pernah menyaksikan penyakit yang begitu berat menimpa anaknya, meskipun penyakit itu hilang karena mukjizat,” kata Garry.

AMANDRA MM/DAILYMAIL

Sumber : http://www.tempointeraktif.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blak Blakan.com

peluang usaha